Ilmu
Alamiah Dasar merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam
bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Dan, manusia sebagai subjek
pokoknya yang dalam hal ini merupakan makhluk hidup yang paling tinggi
kedudukannya. Salah satu indikatornya ialah sifat unik manusia. Dibandingkan
dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah, tetapi rohani atau akal budi
dan kemauannya sangat kuat. Umumnya dikatakan bahwa manusia dan binatang
berbeda karena akal budi yang dimilikinya. Akal bersumber pada otak. Dan, budi
bersuber pada jiwa. Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangannya menusia
memanfaatkan akal budi yang dimilikinya dan juga ditunjang dengan rasa ingin
tahu, maka berkembanglah pula ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Perkembangan
pengetahuan pun lebih berkembang lagi manakala ditunjang dengan adanya tukar
menukar informasi antar manusia.
Sumber :
http://www.aguschandra.com/2010/10/ilmu-alamiah-dasar/
PERKEMBANGAN
ALAM PIKIRAN MANUSIA
Manusia sebagai makhluk berpikir diberi hasrat ingin tahu
tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu
tentang dirinya sendiri.Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untik menjelaskan
gejala-ejala alam serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dan akhirnya
manusia dapat mengumpulakan pengetahua.Pengetahuan yang terkumpul semain banyak
disebabkan rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang juga daya pikirnya,
pada hewan usaha untuk eksplorasi kea lam sekitar di dorong oleh instink yang
terpusat pada usaha untung mempertahankan dan melangsungkan kehidupan.
PERBEDAAN MITOS, LEGENDA, DAN CERITA RAKYAT
Ada beberapa
pengertian mitos yang diungkapkan oleh para sejarawan. Dari beberapa pengertian
itu dapat disimpulkan bahwa :
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar – benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.
Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar – benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.
Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Legenda (bahasa
Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai
cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda
sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history).
Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami
distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Cerita rakyat
adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya,
cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal
suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya
diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi Cerita rakyat
selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat
yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral.
Bagaimana cara
manusia memperoleh pengetahuan?
Pengetahuan
manusia dimulai dari rasa ingin tahu manusia itu sendiri. Rasa ingin tahu ini
sudah dimiliki manusia sejak kecil. Banyak cara untuk memuaskan rasa ingin tahu
manusia. Anak yang belum dapat bertanya senang mencoba-coba hal yang tidak
diketahuinya. Sebagai contoh, anak kecil senang memasukan barang-barang ke
dalam mulutnya hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Di tahap selanjutnya
anak-anak akan banyak bertanya contohnya “itu apa ?”, “ini bagaimana?” itu hal
yang lumrah dilewati oleh manusia untuk pengembangan diri. Rasa ingin tahu
tersebut akan terpuaskan bila diperoleh pengetahuan yang dia pertanyakan dengan
hal yang benar.
Pengetahuan dapat diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu pendekatan non-ilmiah dan ilmiah.
Pada pendekatan non ilmiah ada beberapa pendekatan yakni akal sehat, intuisi, prasangka, penemuan dan coba-coba dan pikiran kritis.
1. Akal sehat
Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h. 3) akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep merupakan kata yang dinyatakan abstrak dan dapat digeneralisasikan kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini dapat menunjukan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula menyesatkan.
2. Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya. Biasanya didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari. Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal yang sistemik.
3. Prasangka
Pengetahuan yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang melakukannya kemudian membuat orang mengumumkan hal yang khusus menjadi terlalu luas. Dan menyebabkan akal sehat ini berubah menjadi sebuah prasangka.
4. Penemuan coba-coba
Pengetahuan yang ditemukan dengan pendekatan ini tidak terkontrol dan tidak pasti. Diawali dengan usaha coba-coba atau dapat dikatakan trial and error. Dilakukan dengan tidak kesengajaan yang menghasilkan sebuah pengetahuan dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak selalu sama. Sebagai contoh seorang anak yang mencoba meraba-raba dinding kemudian tidak sengaja menekan saklar lampu dan lampu itu menyala kemudian anak tersebut terperangah akan hal yang ditemukannya. Dan anak tersebut pun mengulangi hal yang tadi ia lakukan hingga ia mendapatkan jawaban yang pasti akan hal tersebut.
5. Pikiran Kritis
Pikiran kritis ini biasa didapat dari orang yang sudah mengenyam pendidikan formal yang tinggi sehingga banyak dipercaya benar oleh orang lain, walaupun tidak semuanya benar karena pendapat tersebut tidak semuanya melalui percobaan yang pasti, terkadang pendapatnya hanya didapatkan melalui pikiran yang logis.
6.Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pengetahuan yang didapatkan melalui percobaan yang terstruktur dan dikontrol oleh data-data empiris. Percobaan ini dibangun diatas teori-teori terdahulu sehingga ditemukan pembenaran-pembenaran atau perbaikan-perbaikan atas teori sebelumnya. Dan dapat diuji kembali oleh siapa saja yang ingin memastikan kebenarannya.
OPINI
Menurut
saya hadirnya mitos itu dikarenakan jaman dahulu manusia membuat itu karena
kurangnya memperoleh pengetahuan dan prasarana untuk mengetahui hal yang pasti
mengenai kebenaran tersebut. bila di bandingkan dengan sekaran, zaman modern
dimana semua pake logika mitos2 tersebut pun lama2 menghilang
Sumber : rahmiajengefrianingsih.blogspot.com
A. RASA INGIN TAHU
Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan
cirri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di
alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya
sendiri (antroposentris).
Dengan pertolongan akal budinya manusia menemukan berbagai cara
untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi
adanya akal budi itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang.
Rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Kalau salah satu soal dapat
dipecahkan maka timbul soal lain yang menunggu penyelesaian. Akal budi manusia
tidak pernah puas dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan
yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul dalam
pikirannya. Kegiatan yang dilakukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi
dengan tujuannya. Sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan
biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru
membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan.
Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah kegiatan-kegiatan lain yang
dianggap lebih serasi dan dapat diharapkan akan menghasilkan penyelesaian yang
memuaskan. Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa:
a. Penyelidikan langsung.
b. Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh
orang lain.
c. Kerja sama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang
memecahkan soal yang sama atau yang sejenis.
B. MITOS
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas
dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban
atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh: “Apakah pelangi itu?”, karena tak
dapat dijawab, manusia mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang
bidadari. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari. Contoh lain: “Mengapa
gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri
dengan jawaban: “Yang berkuasa dari gunung itu sedang marah”. Dengan
menggunakan jalan pemikiran yang sama muncullah anggapan adanya “Yang kuasa” di
dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau
adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan baru
yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Cerita
yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.
Mitos itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat
indera manusia misalnya:
1. Alat Penglihatan
Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak
jelas oleh mata. Mata tidak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika
benda yang dilihat terlalu jauh, maka tak mampu melihatnya.
2. Alat Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi
dari 30 sampai 30.000 perdetik. Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000
perdetik tak terdengar.
3. Alat Pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun
diciumnya . manusia hanya bisa membedakan 4 jenis masa yaitu rasa manis,masam
,asin dan pahit.
Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung
kita bila konsentrasi di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui
bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain namun tidak
semua orang bisa melakukannya.
4. Alat Perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin
namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang
tepat.
Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara
manusia: ada yang sangat tajam penglihatannya, ada yang tidak. Demikian
juga ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat
indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah
pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan alat indera tersebut
dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha
lain adalah penciptaan alat. Meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami
kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi
kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat
pada masa itu karena:
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan
penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c. Hasrat ingin tahunya terpenuhi
Menurut Auguste comte (1798-1857),dalam sejarah perkembangan jiwa
manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung tiga
tahap:
1. Tahap teologi atau fiktif
2. Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak
3. Tahap positif atau ilmiah riel
Pada tahap teologi atau fiktif manusia berusaha untuk mencaari atau
menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu,dan
selalu dihubungkan dengan kekuatan ghaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya
selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan
bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasi dan diatur oleh para dewa atau
kekuatan ghaib lainnya.
Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih
tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi
menyadarkan kepada kepercayan akan adanya kekuatan ghaib , melainkan kepada
akalnya sendiri,akal yang telah mampu melakukan abstraktasi guna menemukan
hakikat segala sesuatu.
Tahap positif atau riel merupakan tahap dimana manusia telah mampu
berfikir secara positif atau riel,atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya
yang dikembangkan secara positif ,melalui pengamatan , percobaan dan
perbandingan.
Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan
pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adnya kekuatan
ghaib. Sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subyektif.
Gempa bumi diduga terjadi karena Atlas (raksasa yang memikul bumi
pada bahunya )memindahkan bumi dri bahu yang satu kebahu yang lain. Gerhana
bulan diduga terjadi karena dimakan oleh raksasa. Menurut dongeng raksasa itu
takut pada bunyi – bunyian, maka pada waktu gerhana bulan manusia memukul apa
saja yang dapat menimbulkan bunyi. Supaya raksasa itu takut dan memuntahkan
kembali bulan purnama. Bunyi guntur dikira ditimbulka oleh adanya kereta yang
dikendarai dewa melintas langit.
Demikian pada tahap mitos atau tahap teologi ini manusia menjawab
rasa ingin tahunya dengan menciptakan dongeng-dongeng atau mitos, karena alam
pikirannya masih terbatas pada imajinasinya dan cara berpikir irasional.
Masyarakat dahulu dapat menerima mitos karena keterbatasan
pengetahuan, pengalaman, dan pemikirannya.sedangkan hasrat ingin tahunya
berkembang terus.
Puncak hasil pemikiran seperti di atas terjadi pada zaman
Babylona,yaitu kira-kira 700-600 SM. Pendapat orang Babylona tentang alam
semesta antara lain adalah bahwa alam semesta merupakan suatu ruangan atau
selungkup. Lantainya adalah bumi yang datar , sedangkan langit dengan
bintangnya merupakan atapnya. Dilangit ada semacam jendela yang memungkinkan
air hujan dapat sampai ke bumi.
Karena kemampuan berpikirnya manusia semakin maju dan disertai pula
oleh perlengkapan pengamatan, misalnya teropong bintang, mitos dengan berbagai
legendanya makin ditinggalkan, dan mereka cendrung menggunakan akal sehat dan
rasionya.
Sumber : ilovemygoogle.wordpress.com
1. Penelitian Ilmiah
Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
a. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti.
b. Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain;
2. Penelitian non ilmiah
a. Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Sebagian penelitian yang non ilmiah didapati pada bidang garapan sebagai berikut :
1. Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen Pemasaran)
2. Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan / PR, Periklanan)
3. Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional)
4. Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman)
5. Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.
b. Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) :
variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang.
Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/ menggambar-kan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/ menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023808-pengertian-penelitian-ilmiah-dan-non/#ixzz1sGZ7MjS6
Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
a. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti.
b. Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain;
2. Penelitian non ilmiah
a. Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Sebagian penelitian yang non ilmiah didapati pada bidang garapan sebagai berikut :
1. Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen Pemasaran)
2. Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan / PR, Periklanan)
3. Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional)
4. Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman)
5. Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.
b. Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) :
variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang.
Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/ menggambar-kan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/ menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023808-pengertian-penelitian-ilmiah-dan-non/#ixzz1sGZ7MjS6
Langkah-langkah
operasional metode ilmiah
Langkah-langkah
1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
2.
Survei terhadap data yang tersedia.
3.
Memformulasikan hipotesa.
4.
Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa.
5.
Mengumpulkan data primair.
6.
Mengolah, menganalisa serla membuat interpretasi.
7.
Membual generalisasi dan kesimpulan.
8.
Membuat Laporan
Sumber : nugrohoadi2ka12.wordpress.com
Keterbatasan
peranan metode ilmiah
Untuk bisa mendapatkan kebenaran ilmiah,
harus dilakukan melalui metode ilmiah. Kebenaran seperti apa yang dihasilkan
dari metode ilmiah ? Sebetulnya jika dicermati, maka metodologi ilmiah itu
sendiri memiliki kelemahan bahkan sangat lemah untuk bisa digunakan mencari
hakekat kebenaran. Dalam metodologi ilmiah, harus memenuhi persyaratan empiris,
obyektif, rasional dan sistematis.
Empiris
Berarti suatu kebenaran berdasarkan pengalaman yang
dapat ditangkap dengan panca indera, dan dapat dibuktikan. Padahal sebagaimana
dalam uraian mengenai kelemahan panca indera kita yang tidak pernah mampu
berfungsi terhadap seluruh obyek dan mampu menangkap dengan tepat apa yang
dilihat, didengar dan dirasakan. Maka pengetahuan sebagai hasil dari pengalaman
berdasarkan panca indera, tak sepenuhnya benar.
Obyektif
Berarti suatu kebenaran harus mengandung nilai
obyektifitas, berdasarkan fakta yang menjadi obyek pengetahuan, bukan
berdasarkan yang menilai atau yang mengamati (subyek-nya). Dalam kenyataannya,
banyak pengetahuan yang dijadikan sebagai kebenaran hanya atas asumsi dan
dugaan sementara dari orang perorang. Jadi kebenaran tersebut sebenarnya
bersifat subyektif, yang belum tentu dapat diterima oang lain.
Rasional
Berarti kebenaran tersebut bersumber dari akal
(rasio) atau pikiran manusia, dimana pengalaman-pengalaman hanya sebagai
perangsang bagi pikiran. Kebenaran demikian merupakan kesimpulan dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya dan menjadi pengetahuan dalam akal manusia.
Namun pada realitasnya banyak kebenaran yang tidak masuk diakal, yang tidak
rasional namun diikuti oleh banyak orang dan dijadikan sebagai sebuah
kebenaran.
Sistematis
Berarti berurutan, yakni dalam menemukan kebenaran
harus melalui proses yang berurutan. Sistematis sebagai sebuah metode bisa
menjadi keharusan, namun tahapan yang dikerjakan secara berurutan itu belum
tentu sebagai kebenaran yang hakiki. Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut
diatas maka metodologi ilmiah sebagai cara untuk menemukan kebenaran tidak bisa
untuk dijadikan patokan secara mutlak. Kebenaran yang didapat dari metodologi
ilmiah sebatas kebenaran yang relatif, bahkan terkadang tidak konsisten dengan
persyaratan ilmiah itu sendiri.
Sumber : http://fitriuni.blogspot.com/2012/03/keterbatasan-peranan-metode-ilmiah.html
Terima Kasih, mba ;)
BalasHapus