A.
PSIKOLOGI
MANAJEMEN
Dalam
dunia psikologi banyak sekali pembahasan atau aliran yang dapat dijelaskan,
salah satu bagian dari psikologi ialah psikologi manajemen. Psikologi sendiri
menurut Crow & Crow
“Pschycology is the study of human
behavior and human relationship”.
(Psikologi
ialah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya,
baik berupa manusia lain (human relationship) maupun bukan manusia: hewan,
iklim, kebudayaan, dan sebagainya.
Ditambahkan
oleh Bruno (1987) Pengertian Psikologi dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi
adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidup mental”. Ketiga, psikologi adalah
ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.
Dari
dua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu
mengenai tingkah laku manusia serta interaksi antara manusia dengan manusia
lain dan sekitarnya baik itu hewan, iklim, budaya dan sebagainya.
Sedangkan
manajemen menurut Richard L.Daft (2007) Manajemen adalah pencapaian
sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui
perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumberdaya
organisasi.
Ditambahkan
oleh Hasibuan (2000) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai satu tujuan
Dari
dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah sebuah
pencapaian dari sasaran-sasaran organisasi secara efektif dan efisien untuk
mencapai satu tujuan. Setelah kedua pembahasan di atas dibawah ini akan
dibahasa apa yang disebut dengan psikologi manajemen.
Psikologi
manajemen sendiri adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia yang terlibat
dalam proses manajemen dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan
ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi ada kaitannya dengan manajemen, yang
diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting dari ketiga modal
kerja perusahaan manapun. Pasalnya, ilmu psikologi yg memang berpusat pada
manusia, mampu mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti
motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode,
sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas
perusahaan.
1. Sumber
Daya Organisasi
a.
Sumber Daya Manusia
b.
Sumber Daya Informasi
c.
Sumber Daya Fisik
d.
Sumber Daya Keuangan
e.
Sumber Daya Alam
2. Fungsi-fungsi
Manajemen
a. Perencanaan
(Planning)
b. Pengorganisasian
(Organizing)
c. Pengarahan
dan pengimplementasian (Directing/Leading)
d. Pengawasan
dan Pengendalian (Controlling)
3. Fungsi
Perencanaan
Proses
yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa
yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan
target dan tujuan organisasi. Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan
a.
Menetapkan tujuan dan target bisnis
b.
Merumuskan strategi untuk mencapai
tujuan dan target bisnis tersebut
c.
Menentukan sumber-sumber daya yang
diperlukan
d.
Menetapkan standar/indikator
keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis
4. Fungsi
Pengorganisasian
Proses yang menyangkut
bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain
dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam
organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan
organisasi
5. Kegiatan
dalam Fungsi Pengorganisasian
a. Mengalokasikan
sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang
diperlukan
b. Menetapkan
struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab
c. Kegiatan
perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga
kerja
d. Kegiatan
penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
6. Fungsi
Pengarahan dan Implementasi
Proses implementasi
program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses
memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan
penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan
dan Implementasi
a. Mengimplementasikan
proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja
agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
b. Memberikan
tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
c. Menjelaskan
kebijakan yang ditetapkan
7. Fungsi
Pengawasan dan Pengendalian
Proses yang dilakukan
untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis
yang dihadapi. Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
a.
Mengevaluasi keberhasilan dalam
pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan
b.
Mengambil langkah klarifikasi dan
koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
c.
Melakukan berbagai alternatif solusi
atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis
Dari
semua pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi manajemen
ialah suatu kaitan antara psikologi dan manajemen yang dimana itu menjadi suatu
bagian dari dunia psikologi. Karena pada dasarnya manajemen itu sendiri tidak
terlepas dari manusia yang dimana dalam manajemen manusia menjadi salah satu
modal bagi parusahaan atau organisasi yang disebut dengan SDM, dan apabila SDM
tersebut dikelola dengan baik diharapkan dikemudian hari dapat meningkatan
produktivitas perusahaan atau organisasi.
Berbicara
mengenai psikologi manajemen tidak terlepas dari organisasi yang dimana
organisasi menjadi suatu wadah bagi SDM (manusia) itu sendiri.
B.
ORGANISASI
Menurut Stoner (1976)
mengemukakan dalam bukunya Understanding Practice and Analysis mengatakan
bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui orang-orang
di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
Sedangkan organisasi
menurut James D. Mooney (dalam Wilis. 1996) dikatakan bahwa organisasi adalah
bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Ada penekanan
perserikatan, yang menandakan kepada kita bahwa organisasi terdiri dari ikatan
orang-orang yang memiliki tujuan dan keinginan yang sama kemudian secara bersama-sama
tujuan dan keinginan tersebut dicapai.
Ditambahkan pula oleh Horton,
Paul B. dan Chester L. Hunt. (1984) dalam bukunya Sociology. berpendapat bahwa
organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih. Dan Stephen P.Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah
kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah
batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif
terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Dari beberapa definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu wadah, pola atau alat
yang digunakan atau terdiri dari dua atau lebih orang yang memiliki tujuan yang
sama dan untuk mencapainya mereka melakukan koordinasi atau bekerja sama yang
melakukan fungsi-fungsi sesuai dengan levelnya untuk memperoleh hasil yang
dapat dirasakan oleh para anggota dari organisasi tersebut.
1.
Kajian Teoritik
a. Desain
Struktur Organisasi (Organization
Structure Design)
Struktur Organisasi (Organization
Structure) adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian secara
posisi yang ada pada perusahaaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan. Struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. (Robbins
dan Timothy 2008). Sedangkan desain (design) adalah seni merancang atau
mendesain atau menentukan kerangka tertentu. Sehingga dapat diartikan bahwa
desain struktur organisasi adalah cara kita menentukan kerangka susunan
hubungan dari tiap-tiap bagian secara kelompok dan mengkoordinasikan
bagian-bagian tersebut secara formal.
b. Konsep
Empat pilar Pengorganisasian
Membahas desain
struktur organisasi, maka terlebih dahulu kita akan dihadapkan pada pemahaman
konsep empat pilar pengorganisasian, tentang bagaimana kita mengklasifikasikan,
membagi atau mendistribuskan tugas-tugas dan pekerjaan kepada masing-masing
bagian organisasi. tentu saja pembagian tersebut didasarkan dan disesuaikan
dengan form organisasi yang dibangun atau dikembangkan. Empat pilar
dalam pengorganisasian (Four Building Blocks of Organizing) adalah
sebagai berikut :
1)
Pilar Pembagian kerja (division of
work)
Adalah Upaya untuk menyederhanakan dari
keseluruhan kegiatan dan pekerjaan (yang telah disusun dalam proses
perencanaan) - yang mungkin saja bersifat kompleks - menjadi lebih sederhana
dan spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan dan ditugaskan untuk setiap
kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut.
2)
Pilar Pengelompokan Pekerjaan
(Departmentalization)
Pengelompokan Pekerjaan atau
Departementalisasi pada dasarnya adalah Proses pengelompokkan dan penamaan
bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu.
3)
Pilar Penentuan relasi antar bagian
dalam organisasi (hierarchy)
Hierarchy adalah
Proses penentuan relasi antar bagian dalam organisasi, baik secara vertikal
maupun secara horisontal. Selanjutnya ada beberapa jenis hirarki, yaitu hirarki
Hirarki Vertikal (Tall Hierarchy) dan Hirarki Horisontal (Flat
Hierarchy). Selanjutnya terdapat dua konsep penting dalam Hierarchy, yaitu
: Span of management control atau span of control dan Chain of
Command. Dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Span
of management control terkait dengan jumlah orang atau bagian di bawah suatu
departemen yang akan bertanggung jawab kepada departemen atau bagian tertentu.
b)
Chain of command juga menunjukkan garis perintah
dalam sebuah organisasi dari hirarki yang paling tinggi hingga hirarki yang
paling rendah. chain of command juga menjelaskan bagaimana batasan kewenangan
dibuat dan siapa dan bagian mana akan melapor ke bagian mana.
4)
Pilar
Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian dalam
organisasi atau koordinasi (coordination).
Koordinasi
adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen
atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara
efektif. Selanjutnya menurut Stoner, Freeman & Gilbert, (1995) dikatakan
bahwa “the process of integrating the activities of separate departments in
order to pursue organizational goals effectively”.
Senada
dengan uraian di atas, Jones (2010) mengemukakan terdapat empat blok tantangan
dasar untuk mendesain struktur organisasi, yaitu adanya perbedaan
(differentiation) dan peraturan organisasi (Organization role). Selanjutnya ia
mengemukakan bahwa dalam membangun blok dikarenakan adanya suatu perbedaan
(differentiation), yaitu sebuah proses dimana organisasi mengalokasikan orang
dan semua sumber daya untuk menetapkan tugas pengorganisasian, adanya hubungan
kewenangan, yang memungkinkan memberikan manfaat bagi pencapaian tujuan
organisasi. Tantangan dasar yang tercakup di dalamnya didasarkan pada empat
dimensi yaitu organizational role, function, division, dan organization.
Beberapa bagian tersebut dapat dijelaskan berikut ini :
a)
Organizational
role adalah seperangkat tugas yang berhubungan dengan perilaku-perilaku wajib
dari setiap orang sesuai posisinya dalam organisasi.
b)
function adalah sebuah sub unit yang terdiri dari
susunan sebuah group, pekerjaan bersama, keahlian atau pengetahuan yang sama,
peralatan, dan teknik kinerja suatu jabatan.
c)
Division adalah sebuah sub unit yang konsisten
terhadap kumpulan fungsi di atas atau semua departemen yang saling berbagi
tanggung jawab untuk melakukan proses produksi terhadap barang dan jasa.
d)
Organization adalah ukuran pertumbuhan organisasi itu
sendiri, yang terdiri dari perbedaan fungsi dalam hal fungsi dukungan, fungsi
produksi, fungsi perlengkapan, fungsi adaptasi, dan fungsi manajerial.
2.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Struktur
Organisasi
Sebagian
organisasi terstruktur pada garis yang lebih mekanistis sedangkan sebagian yang
lain mengikuti karakteristik organik. Berikut adalah faktor-faktor utama yang
diidentifikasi menjadi penyebab atau penentu struktur suatu organisasi:
a.
Strategi
Struktur organisasi adalah salah satu
sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran
diturunkan dari strategi organisasi secara keseluruhan, logis kalau strategi
dan struktur harus terkait erat. Tepatnya, struktur harus mengikuti strategi.
Jika manajemen melakukan perubahan signifikan dalam strategi organisasinya,
struktur pun perlu dimodifikasi untuk menampung dan mendukung perubahan ini.
b.
Ukuran organisasi
Terdapat banyak bukti yang mendukung ide
bahwa ukuran sebuah organisasi secara signifikan memengaruhi strukturnya.
Apabila organisasi memiliki banyak pekerja maka cenderung memiliki banyak spesialisasi,
departementalisasi, tingkatan vertikal, serta aturan dan ketentuan daripada
organisasi kecil.
c.
Teknologi
Istilah teknologi mengacu pada cara
sebuah organisasi mengubah input menjadi output. Setiap organisasi paling tidak
memiliki satu teknologi untuk mengubah sumber daya finansial, SDM, dan sumber
daya fisik menjadi produk atau jasa.
d.
Lingkungan
Lingkungan sebuah organisasi terbentuk
dari lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan di luar organisasi yang berpotensi
memengaruhi kinerja organisasi. Kekuatan-kekuatan ini biasanya meliputi
pemasok, pelanggan, pesaing, badan peraturan pemerintah, kelompok-kelompok
tekanan publik, dan sebagainya.
3.
Elemen Kunci Desain Struktur Organisasi
Selanjutnya
ada enam elemen kunci menurut Robbins, Stephen, Judge, Timothy A. (2008) yang
perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain struktur, antara
lain:
a.
Spesialisasi pekerjaan. Sejauh mana tugas-tugas
dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa pekerjaan tersendiri.
b.
Departementalisasi.
Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama.
Departementalisasi dapat berupa proses, produk, geografi, dan pelanggan.
c.
Rantai
komando. Garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi
ke eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
d.
Rentang
kendali. Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara
efisien dan efektif.
e.
Sentralisasi
dan Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan
keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Desentralisasi
adalah lawan dari sentralisasi.
f.
Formalisasi.
Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan.
4.
Model
Desain Struktur Organisasi
Ada
beberapa model pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan desain struktur
organisasi, seringkali disebut sebagai model ekstrem dari desain organisasi
yaitu sebagai berikut :
a.
Model
Mekanistis, yaitu sebuah struktur yang dicirikan oleh departementalisasi yang
luas, formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas, dan
sentralisasi.
b.
Model
Organik, yaitu sebuah struktur yang rata, menggunakan tim lintas hierarki dan
lintas fungsi, memiliki formalisasi yang rendah, memiliki jaringan informasi
yang komprehensif, dan mengandalkan pengambilan keputusan secara partisipatif.
c.
Model
Piramid,model ini di buat persis sebuah piramida.
d.
Model
Horizontal, Model ini dibuat dengan manarik garis lurus secara horizontal
dengan pembagian funsional masing-masing bersama tugasnya masi-masing.
Dalam
organisasi terjalin koordinasi dan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu
dalam memenuhi kebutuhan organisasi. Dalam kegiatan organisasi berlangsung
terjadi suatu komunikasi yang baik atau buruk tergantung pada wadah dan manusia
itu sendiri. Berbicara mengenai komunikasi diatas, dibawah ini akan dijelaskan
mengenai komunikasi.
C.
KOMUNIKASI
Ditinjau
dari etimologi, komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti “membuat
sama”. Definisi kontemporer menyatakan bahwa komunikasi berarti “mengirim pesan”.
Menurut (Effendy. 2003) istilah komunikasi (communication) berasal dari kata
latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
di sini maksudnya adalah sama makna.
Sedangkan
menurut Rogers D. Lawrence Kincaid (1981) komunikasi adalah suatu proses di
mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam.
Ditambahkan
pula oleh Shannon dan Weaver
(1949) komunikasi adalah bentuk interaksi
manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak
sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal,
tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.
Dari
beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah
suatu proses dimana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi,
mengirim pesan atau beribicara secara verbal atau dengan komunikasi non verbal
seperti ekspresi muka, lukisan, seni, dan sebagainya yang pada akhirnya akan
terjalin saling pengertian mengenai informasi atau komunikasi tersebut.
1.
Konsep Komunikasi
Konsep komunikasi
menurut John R. Wenburg, William W. Wilmoth dan Kenneth K Sereno dan Edward M
Bodaken terbentuk menjadi 3 tipe: pertama, searah: pemahaman ini bermula dari
pemahaman komunikasi yang berorientasi sumber yaitu semua kegiatan yang secara
sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan
respon penerima. Kedua, interaksi: pandangan ini menganggap komunikasi sebagi
proses sebab-akibat, aksi-reaksi yang arahannya bergantian. Ketiga, transaksi:
konsep ini tidak hanya membatasi unsur sengaja atau tidak sengaja, adanya
respon teramati atau tidak teramati namun juga seluruh transaksi perilaku saat
berlangsungnya komunikasi yang lebih cenderung pada komunikasi berorientasi
penerima.
2.
Jenis-jenis komunikasi
a. Komunikasi
verbal dengan kata-kata. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa :
1) Vocabulary
(perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan
disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata
menjadi penting dalam berkomunikasi.
2) Racing
(kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara
dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
3) Intonasi
suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi
lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara
yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
4) Humor:
dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan
bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa
mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah
merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
5) Singkat
dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti
6) Timing
(waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya
dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.
b. Komunikasi
non verbal disebut dengan bahasa tubuh. Komunikasi non verbal adalah
penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti
pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal:
1) Ekspresi
wajah, Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi
wajah cerminan suasana emosi seseorang.
2) Kontak
mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak
mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan
menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar
mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain
untuk mengobservasi yang lainnya
3) Sentuhan
adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari
pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh,
dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
4) Postur
tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak
memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan
emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
5) Sound
(Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan
perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis
atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
6) Gerak
isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat
sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau
mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress
bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.
D. DIMENSI KOMUNIKASI
Pada
dasarnya dimensi-dimensi komunikasi organisasi dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Komunikasi Internal
Komunikasi
yang berlangsung antara orang-orang yang berada dalam organisasi. Di dalam
struktur organisasi terdapat jenjang kepangkatan dan kekuasaan yang berbeda.
Dengan demikian, komunikasi yang dilaksanakannya pun akan beragam dan
berbeda-beda. Komunikasi dalam organisasi bisa terjadi di antara orang-orang
yang mempunyai level kepangkatan sama, seperti komunikasi di antara staf
pimpinan, para penyelia (supervisor) atau komunikasi di antara para pekerja.
Menurut
Brennan komunikasi internal adalah “pertukaran gagasan di antara para
administrator dan karyawan mereka dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut,
lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi), dan pertukaran gagasan
secara horizontal dan vertikal di dalam suatu perusahaan atau jawatan yang
menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).” (Suminar,2003:4.2).
Sedangkan
menurut Onong Uchjana Effendy (1986) dimensi komunikasi adalah:
1. Komunikasi Vertikal
Yakni
arus komunikasi dua arah timbal balik. Komunikasi jenis ini memegang peranan
cukup vital dalam melakanakan fungsi-fungsi manajemen yaitu Komunikasi dari
atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward
communication). Dalam arus komunikasi vertikal-dari atas ke bawah- tersebut
pihak pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan dan
penugasan lain sebagainya kepada bawahan. Kemudian arus komunikasi ke atas
diterima dalam bentuk bawahan memberikan laporan, pelaksanaan tugas, sumbang
saran dan hingga pengaduan kepada pimpinannya masing-masing.
2. Komunikasi Horizontal
Merupakan
komunikasi satu level yang terjadi antara para karyawan dengan karyawan
lainnya, antara pimpinan satu departemen dengan departemen lainnya dalam satu
tingkatan.
3. Komunikasi Eksternal
Komunikasi
eksternal berlangsung atau terjadi dua pihak antara pihak organisasi/lembaga
dengan pihak luar. Misalnya komunikasi dengan pihak kreditur, rekan bisnis,
pelanggan, dan community relations. (Ruslan,2001:80).
Crow L& A. Crow.
(1988). Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.
Daft,
Richard L. Manajemen Edisi 1, Alih bahasa oleh Edward Tanujaya dan
Shirly Tiolina. Salemba Empat, Jakarta, 2007
Effendy, Onong Uchjana.
(2003). Ilmu komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: Rosda.
Effendy, Onong Uchjana (1986).
Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung : Rosda karya
Hasibuan,
Malayu S.P., Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Bumi Aksara; Jakarta.
2007.
Horton, Paul B. dan
Chester L. Hunt. (1984) Sociology.
Kincaid,
Lawrence D dan Schramm Wilbur.1981. Asas-asas komunikasi antar
manusia.
Jakarta:
LP3ES
Malayu S.P Hasibuan,
2000, Manajemen Sumber Daya Manusia PT. Bumi Aksara, Bandung.
Robbins, Stephen
P.; Judge, Timothy A, 2008. Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.
Ruslan,Rosady.2008.
Manajemen Public Relatoins & Media Komunikasi.Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada.
Shannon, Calude
and Weaver. 1949. The Mathematical Theory of Communication.
Siti
Partini Suardiman. 1980. Kelompok dan Kepemimpinan. Yogyakarta: FIP IKIP
YOGYAKARTA
Stoner (1976) Understanding
Practice and Analysis
Suminar,
Yenny Ratna.,dkk. 2003. Komunikasi Organisasi. Penerbit: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, Jakarta.