Enkulturasi
adalah proses mempelajari dan menyesuaikan sikap individu dengan sistem norma,
adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini
berlangsung sejak kecil, mulai dari lingkungan kecil (keluarga) ke lingkungan
yang lebih besar (masyarakat).
Menurut J.W.M. Bakker,
enkulturasi adalah latihan yang membuat seseorang individu dapat mengintegrasikan
dirinya ke dalam kebudayaan setempat.
Contohnya : anak
kecil menyesuaikan diri dengan waktu makan dan waktu minum secara teratur,
mengenal ibu, ayah, dan anggota-anggota keluarganya, adat, dan kebiasaan-kebiasaan
yang berlaku dalam keluarganya, dan seterusnya sampai ke hal-hal di luar
lingkup keluarga seperti norma, adat istiadat, serta hasil-hasil budaya
masyarakat.
Menurut M.J.Herskovits
perbedaan antara enculturation (enkulturasi) dengan socialization
(sosialisasi) adalah sebagai berikut ;
1. Enculturation (enkulturasi) adalah
suatu proses bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari
seluruh kebudayaan masyarakat.
2. Socialization (sosialisasi)
adalah suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma yang berlaku dalam keluarganya.
Secara singkat perbedaan
antara enkulturasi dan sosialisasi adalah dalam enkulturasi seorang
individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikirannya dengan lingkungan
kebudayaannya, sedangkan sosialisaasi si individu melakukan proses penyesuaian
diri dengan lingkungan sosial.
Sosialisasi adalah proses individu mulai
menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur kebudayaan (adat – istiadat,
perilaku, bahasa) yang dimulai dari lingkungan keluarganya, yang kemudian makin
meluas. Sosialisasi berlangsung sejak masa kanak-kanak (bayi).
Menurut George Herbert Mead perkembangan manusia melalui
sosialisasi dapat melalui tiga tahap yaitu :
1. Play
stage : tahap dimana seorang anak mulai mengambil peranan orang-orang di sekitarnya.
2. Game
stage : tahap dimana anak mulai mengetahui peranan yang harus dijalankan dan
peranan yang dijalankan orang lain.\
3. Generalized
other : tahap dimana seseorang telah mampu mengambil peranan-peranan yang
dijalankan oleh orang lain.
Proses sosialisasi dalam setiap masyarakat juga
dipakai sebagai sarana pembentukan kepribadian.
Menurut
Allport, keptibadian adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisis dalam
individu yang turut menentukan cara-cara yang unik dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
Empat faktor
yang menentukan kepribadian :
1) Keturunan
(warisan biologis).
2)
Lingkungan geografis.
3)
Lingkungan kebudayaan.
4)
Lingkungan sosial.
Menurut Robert Dreeben bahwa proses sosialisasi di
sekolah selain mendapat ketrampilan dan pengetahuan juga mendapat :
a.
Kemandirian (independence).
b. Prestasi
(achievment)
c.
Spesifitas (specifity) – (hal-hal yg spesifik)
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang
timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun
diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: Saat budaya rap dari
negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan
menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya.
a.
Kesamaan dan perbedaan masa remaja
Mendominasi pada pemikiran
tentang kepribadian di budaya barat contohnya amerika serikat misalnya aktualisasi
diri, kesadaran diri, konsep diri, keyakinan diri, penguatan diri, kritik diri,
mementingkan diri sendiri, meragukan diri sendiri (Lonner, 1988). Sedangkan
perbedaannya yaitu dalam budaya bukan barata seperti Negara timur china, jepang
dan inidia. Bersifat kolektivistik ketimbang individualistik (Triandis, 1985,
1994). Individualistik adalah orientasi individu atau diri yang mencakup
pemisahan diri dari orang lain sedangkan koletivistik menunjuk pada orientasi
kelompok yang mencakup hubungan diri dari orang lain. Orientasi individualistik
versus kolektivistik ditemukan sebagai dimensi dasar dari budaya alamiah
(Hoftsede, 1980).
Contoh: Di Jepang sekolah menekankan orientasi kelompok dan keterhubungan
dengan orang lain, ketimbang individualisme.
b. Konteks sosial dan masayarakat
Budaya pun
perlu melalui konteks sosial dan masyarakat, karena melewati
konteks itulah budaya berkembang.
Contohnya:
orang Ambon dan orang Jawa yang berteman karena berada di lingkungan kostan
yang sama dapat bersosialisasi baik meskipun adat jauh berbeda dan dapat saling
memberi tahu informasi serta menjelaskan budaya mereka masing-masing.
Maka
terkenal budaya di wilayah sunda.
c. Persamaan & perbedaan antar
budaya dalam hal tranmisi budaya dalam hal individualisme dan kolektifisme
Persamaan:sama-sama
mentransmisikan budaya
Perbedaan:Individualisme
mementingkan kehendak pribadi.
Kolektifisme
adalah suatu lingkungan sosial tidak fleksibel yang membedakan antara in-group
dan out-group. Orang memperhatikan kepada in-group mereka (rekan, golongan,
organisasi) dan menjaga mereka.
d. Persamaan & perbedaan antar
budaya dalam hal tranmisi budaya dalam hal kognisi sosial
Perbedaan:sama-sama
mentransmisikan budaya
Perbedaan:kognisi
sosial adalah tata cara di mana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat,
dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Kognisi sosial dapat terjadi
secara otomatis.
Contonya, saat kita melihat seseorang dari suatu ras
tertentu, misalnya Ambon kita seringkali secara otomatis langsung berasumsi
bahwa orang tersebut memiliki ciri/sifat tertentu pemarah atau tidak ramah
karena kapasitas kognitif kita juga terbatas. Selain itu, terdapat suatu
hubungan antara kognisi dan afeksi (bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita
merasa). Padahal setelah kita mengenal orang tersebut dengan baik ternyata
orangnya dapat kita jadikan sebagai teman baik kita.
Daftar Pustaka :
Allport, W. Gordon.1945.The Psychology of
Participation (dalam buku DRS.R.A.Santoso Sastropoetro) Bandung : Alumni.
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian Edisi
Revisi. Jakarta: UMM.
Edward Hoffman. 1988. A Biography of Abraham
Maslow. Los Angeles: Jeremy P. Tarcher.
Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Grasindo
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/teori-kepemimpinan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar